Gambar dari Google

.

.

Sebenarnya sih aku posting gara-gara bingung mau posting apaan. Blog udah berdebu dan tumbuh ilalang di mana-mana. Untung lihat puisi dari rekan dari bentala rencong nan jauh di sana. Jadi pengen nyamber puisinya. Aku gatau namanya, bales-balesan puisi atau aku cuma komen atau malah gak jelas. Entahlah, yang jelas berikut puisi yang dibuat rekanku dan aku buat spontan gara-gara pengen nyamber puisi buatannya. Jederrr!

.

.

Untitle

by Nayaka Al Gibran

.

.

Dia berjalan di antara kepingan sesal.
Dan bimbang menyekapnya dalam kebuntuan.
Dia adalah puing yang diruntuhkan.
Dan nestapa menariknya dalam kesuraman.

Dia adalah jelaga keperitan.
Arang yang tercoreng di tengah putih yang bersih.
Lalu nelangsa memamahnya.

Andai jalannya tak berkelok,
Dia ingin menjadi Majnun yang mengikat hati Laila.
Andai langkahnya baik,
Dia ingin seperti Adam yang tulang rusuknya menjelma Hawa.
Andai dirinya satu warna,
Dia ingin menjadi Rama yang dicintai Sinta.

Sayangnya…
Sedikit rasa membuatnya tak bisa menjadi Romeo yang utuh.
Sedikit rasa membuatnya tak bisa menjadi laksana Ken Arok.

Apa mau dikata bila takdir sudah angkat bicara?

Sedikit,
Sesalnya masih ada…
Namun dia percaya,
Bahwa ada hari baik untuk harapan baiknya.

***

Selanjutnya puisi, entah namanya puisi atau malah essay. Yang penting nulissss….

***

Dia

by Adi Nugroho

.

.

Dia akan mudah menjadi seorang Romeo, cukup tambahkan roman picisan, lalu selesai.

Dia pun lebih mudah menjadi Majnun, cukup gila dan makan jelaga, lalu meraung-raung.

Lalu menjadi dirinya sendiri?

: Rumit. Tak mampu.

Dia tidak akan jadi dirinya sendiri, jika masih membaui tanah basah sebagai aroma bacin tubuhnya. Atau menguapi dirinya dengan sisa aroma kopi dan rokok mentol. Selebihnya akan lesap dan menyisa topengtopeng hipokrit.

Dia makin mustahil menjadi dirinya sendiri jika menyuluti mata, hidung, mulut dan telinganya dengan harapan. Menjadi seorang sempurna agar terlihat mempesona. Dia akan terlihat membusuk dengan senyum rekah, mata binar dan aura menggetar.

: Sampah seonggok yang membelatung.

Biarlah dia kutukupret, tak tahu adat, muka belahbelah dan hidung melar. Tak masalah bau tubuhnya bacin yang bisa membuat rayap kejang. Atau gigi bocel dengan mata pas-pasan.

Dia adalah dia…
Yang melauti dirinya dengan ombak hati
Dia adalah engkau…
Yang mempasiri ranum dengan hangat mengeraterat.

***

Sekian dan terimasih 🙂

Salam Karya!