
Judul: The Sweet Sins
Penulis: Rangga Wirianto Putra
Penerbit: Diva Press
Terbit: Oktober 2012
Tebal: 428 halaman
ISBN: 9786027723085
Genre: Young Adult
Blurp
Ketika sang surya pagi menembus sela-sela jendela, aku tersadar, ternyata aku tidur dalam dekapannya. Aku pun merapat sama eratnya. Di sini, di balik dadanya, aku dapat melihat sinar matahari pagi membelai wajahnya yang rupawan dan melukiskan segala keindahan di sana….
Di Balik Pelukan Terhangatnya…
Komentar
Ahhh…
Izinkan saya untuk menghela nafas panjang setelah berusaha untuk menyelesaikan novel ini. Jujur, ini bukan novel dengan tema roman antara dua pria pertama yang saya baca. Pernah saya baca karya penulis lokal seperti Andre Aksana dan penulis luar negeri seperti David Levithan. Tapi entah mengapa membaca ini saya merasa… tidak puas. Tapi bukan berarti penulis tidak dapat mengalirkan cerita dengan baik. Hanya saja mungkin jenis roman seperti ini terlalu banyak hal yang mudah, to good to be true meski akhirnya… (tidak akan saya beri spoiler).
Novel jenis seperti ini pasti ada dua jenis ending yang berani diambile penulis lokal. Pertama adalah mematikan tokoh entah satu atau keduanya dengan sangat mendadak di ending. Kedua adalah kembali ke jalur hetero normatif dan menikah dengan seorang gadis. Dengan budaya kita yang memandang hubungan sejenis adalah sebuah keanehan maka wajar. Tapi mungkin ada alternatif lain dalam pemilihan ending yang lebih masuk akal dan tentunya tidak membuat pembaca (seperti saya) mematok rata bahwa novel dengan tema demikian pasti bisa dengan mudah ditebak endingnya.
Bukannya membandingkan karya mas Rangga dengan karya seorang David Levithan yang sudah mendunia dengan tema LGBT. Tapi pemilihan tema yang diambil David lebih sederhana bagi saya, slice of life biasa tapi penggalian tema dan pengolahan alur yang apik membuat ceritanya lebih bisa diterima. Tidak perlu banyak ornamen dalam cerita tapi lebih pada pendalaman tema yang “oh benar juga ya” dan “kayak gini ada beneran”.
Nggak perlu dibuat so sweet atau dibuat sedih menderai-derai.
Biasa saja tapi ngena.
Rating: 3/5 (not my cup of tea)