Search

Adi Nugroho

Read and Write 'til DIE

Author

Adi Nugroho

Novel Review: All the Bright Places

Judul: All the Bright Places
Penulis: Jenniver Niven
Penerbit: Knopf
Terbit:  06 Januari 2015
Tebal: 388 halaman
Genre: Young Adult Realistic
Waktu Baca: 6,5 jam

Continue reading “Novel Review: All the Bright Places”

Novel Review: We Were Liars

Judul: We Were Liars
Penulis: E. Lockhart
Penerbit: Delacorte Press
Terbit:  13 Mei 2014
Tebal: 227 halaman
Genre: Young Adult Realistic
Waktu Baca: 5,5 jam

Novella Review: The Strange Library

Judul: The Strange Library
Penulis: Haruki Murakami
Penerbit: Knopf
Terbit: 2 Desember 2014
Tebal: 93 halaman
Genre: Misteri/Surealis
Waktu Baca: 1jam

Continue reading “Novella Review: The Strange Library”

[review] The Sweet Sins

Sweet SIn

Judul: The Sweet Sins
Penulis: Rangga Wirianto Putra
Penerbit: Diva Press
Terbit: Oktober 2012
Tebal: 428 halaman
ISBN: 9786027723085
Genre: Young Adult

 

Blurp

 

Ketika sang surya pagi menembus sela-sela jendela, aku tersadar, ternyata aku tidur dalam dekapannya. Aku pun merapat sama eratnya. Di sini, di balik dadanya, aku dapat melihat sinar matahari pagi membelai wajahnya yang rupawan dan melukiskan segala keindahan di sana….

Di Balik Pelukan Terhangatnya…

Komentar

 

Ahhh…

 

Izinkan saya untuk menghela nafas panjang setelah berusaha untuk menyelesaikan novel ini. Jujur, ini bukan novel dengan tema roman antara dua pria pertama yang saya baca. Pernah saya baca karya penulis lokal seperti Andre Aksana dan penulis luar negeri seperti David Levithan. Tapi entah mengapa membaca ini saya merasa… tidak puas. Tapi bukan berarti penulis tidak dapat mengalirkan cerita dengan baik. Hanya saja mungkin jenis roman seperti ini terlalu banyak hal yang mudah, to good to be true meski akhirnya… (tidak akan saya beri spoiler).

 

Novel jenis seperti ini pasti ada dua jenis ending yang berani diambile penulis lokal. Pertama adalah mematikan tokoh entah satu atau keduanya dengan sangat mendadak di ending. Kedua adalah kembali ke jalur hetero normatif dan menikah dengan seorang gadis. Dengan budaya kita yang memandang hubungan sejenis adalah sebuah keanehan maka wajar. Tapi mungkin ada alternatif lain dalam pemilihan ending yang lebih masuk akal dan tentunya tidak membuat pembaca (seperti saya) mematok rata bahwa novel dengan tema demikian pasti bisa dengan mudah ditebak endingnya.

 

Bukannya membandingkan karya mas Rangga dengan karya seorang David Levithan yang sudah mendunia dengan tema LGBT. Tapi pemilihan tema yang diambil David lebih sederhana bagi saya, slice of life biasa tapi penggalian tema dan pengolahan alur yang apik membuat ceritanya lebih bisa diterima. Tidak perlu banyak ornamen dalam cerita tapi lebih pada pendalaman tema yang “oh benar juga ya” dan “kayak gini ada beneran”.

 

Nggak perlu dibuat so sweet atau dibuat sedih menderai-derai.

 

Biasa saja tapi ngena.

 

Rating: 3/5 (not my cup of tea)

 

[review] A Monster Calls

Gambar dari Google
Penulis: A Monster Calls
Penulis: Patrick Ness
Penerbit: Walker Books
Terbit: 27 September 2011
Tebal: 215 halaman
ISBN: 9781406311525
Genre: Children/Young Adult
Blurp
The monster showed up after midnight. As they do.
But it isn’t the monster Conor’s been expecting. He’s been expecting the one from his nightmare, the one he’s had nearly every night since his mother started her treatments, the one with the darkness and the wind and the screaming…
This monster is something different, though. Something ancient, something wild. And it wants the most dangerous thing of all from Conor,
It wants the truth.
Komentar
Brilian!
Sebagai buku anak, saya kira inti dari cerita ini sangat besar. Saya membaca tak bisa berhenti hingga akhir. Dan pada bab-bab terakhir semua hal yang masih menjadi tanda tanya akan terjawab dengan sempurna. Seperti kata monsternya, jujur. Dia ingin sebuah kejujuran. Semua kejujuran ada di akhir. Bagaimanapun keadaannya.
Cerita bermula dari Conor yang terbangun tengah malam karena mimpi buruk. Sesuatu seperti memanggilnya. Dan tepat pukul 12.07 tengah malam monster datang, ah tidak sebenarnya dipanggil oleh Conor, dengan tidak sadar.
Conor tidak takut, dia sama sekali tidak perduli dengan monster, hingga akhirnya monster bercerita tentang tiga cerita (empat dengan cerita jujur dari Conor di ending). Masing-masing cerita selalu merepresentasikan keadaan Conor. Tentang bagaimana seorang yang buruk tapi juga bisa baik, seorang pembunu tapi juga seorang penyelemat.
Monster mengajarkan semuanya.
Di akhir cerita, Conor harus membuat sebuah cerita jujur. Harus disampaiakan kepada ibunya yang sedang sakit tanpa ada harapan sembuh. Yang akan disampaikan Conor kepada ibunya inilah yang menjadi penutup indah, juga sakit dari seorang anak kepada ibunya.
Rating: 5/5 (Sempurna, ide dan pesan moralnya sangat mengena, memang bacaan anak-anak tapi saya kira semua bisa membaca dan pada akhirnya bisa tahu jika sebenarnya monster ada pada setiap hati kita)
Trailer

Tabik,

@ADjavas

Up ↑