Kuhembuskan nafasku serileks mungkin. Kupejamkan mata perlahan, mulai kurasakan keheningan. Sedikit demi sedikit aku lemaskan otot tubuhku. Lemas seakan terhipnotis oleh suasana. Mulai aku bayangkan suatu keindahan. Aku berada di padang rumput yang luas, hijau dan sangat menyejukkan jiwa. Kubuat dua telapak tanganku menjadi corong di mulut dan aku mulai bereriak. Satu dua tiga, aaaaaa… Tetap saja gagal mengeluarkan suara walau dalam hayalku.

Tuhan menciptakan sesuatu pasti sempurna. Desain dari manusia begitu brilian, detail dan tanpa celah. Kesimetrisan belahan kiri dan kanan manusia, serta keseuaian ukuran anggota tubuh. Kesemuanya dirancang secara apik olehNya. Coba bayangkan jika letak mata kiri dan kanan tidak simetris, mungkin akan saingan seram dengan monster di film fiksi.

Aku tidak tahu apa aku ini sempurna. Aku hanya tidak punya merdunya suara. Sekuat aku mencoba berteriak, tak pernah ada kata yang bisa terucap. Ya saya tidak sempurna, atau bahasa menyakitkannya saya cacat.

Berbekal ijazah lulusan sekolah yang luar biasa. Tidak ada yang mau memberiku pekerjaan. Aku tidak tahu, mengapa nama sekolahku itu luar biasa. Bukannya itu sesuatu yang wah, keren, cool, hebat sekali. Tapi justru secara tidak langsung merendahkan. Yah, ini realita kehidupan yang kejam.

Mungkin sebagai seorang kuli adalah jalan terbaik. Tanpa banyak bicara, lebih tepatnya tanpa bicara aku bisa kerja. Mungkin itu lebih bisa membuatku bahagia. Diam dan tanpa diajak bicara adalah keadaan yang aku suka. Rasanya sakit sekali, jika ada yang mengucap salam kepadaku tapi aku tak bisa menjawabnya.

Aku bingung bagaimana mengekspresikan yang aku rasakan. Jika pakai bahasa isyarat tidak mungkin. Hanya dengan senyuman dan ekspresi muka aku ungkapkan perasaanku. Melukiskan rasa yang aku punya.

Sering aku terdiam ditengah malam. Hanya sibuk menghitung kentongan dari pos ronda. Dug dug dug, ternyata sudah jam 3 pagi. Kugoreskan pensil HB pada kertas. Kucoba melukis dengan kata yang aku punya.

Merdu

Hatiku tergores,
Mati rasa,

Kubuka lebar mulut jiwa,
Mulai kulantunkan simfoni,

Merdu tak bersuara,
Berbalut melodi bisu,
Sungguh indah,

hanya dalam hati,

Perlahan kututup kelopak mataku. Kucoba bermimpi lagi, siapa tahu aku nanti bisa bersuara dalam indah mimpiku. Berharap hanya dalam mimpi.

……….

Salam blogger!

Maaf belum sempat BW ke rumah sahabat semua πŸ™‚