Semua orang pasti sudah mendengar yang namanya sertifikasi guru. Atau slentingan yang mengatakan jika nantinya guru akan dilipat gandakan gajinya jika sudah punya sertifikat profesinya. Secara langsung profesi yang konon jaman dahulu tidak begitu di minati mendadak jadi tenar, dan membuat iri profesi lain.
Guru, digugu lan ditiru. Guru itu diperhatiakan dan ditirukan. Profesi yang berkutat di bidang pendidikan. Berurusan dengan siswa dan mendidik mereka jadi tahu tentang banyak hal. Suatu profesi yang menurut saya “WOW”. Bukan berarti saya calon guru maka memuji2 sendiri, namun memang saya mengagumi profesi ini.
Kembali menuju sertifikasi guru, suatu proses di mana guru dinilai kelayakannya untuk mendapatkan sertifikat profesi. Namun pada kenyataannya masih banyak terjadi kecurangan. Saya sendiri mengetahui hal tersebut dengan mata kepala saya sendiri.
Dua hari ini, guru saya di SD berkunjung ke rumah saya. Beliau minta di ajarin komputer dan konsultasi proposal PTK (Penelitian Tindakan Kelas) nya kepada saya. Namun, penelitian belum selesai tapi hasil sudah jadi. Dan kata beliau, itu dibuatkan pengawas sekolahnya.
Saya jadi berpikir, ini sebenarnya guru2 seperti ini benar2 layak apa tidak dengan pelipatan gajinya. Membuat sebuah tulisan saja belum bisa, kok ya ngejar yang namanya sertifikat.
Ok, karena beliau dulu adalah guru saya. Saya coba meneliti proposalanya beliau, dan semua rujukan pada halaman proposal tidak ada di daftar pustaka. Wadoh ini proposal copas dimana coba, salah semua seperti ini. Apa nanti tidak dibantai sama dosen yang nguji sertifikasi.
Saya tidak menyalahkan mereka, mungkin alasan sudah repot keluarga dan pekerjaan. Namun kok ya keterlaluan, buat proposal saja tidak bisa. Wong kemarin masih belajar word dengan saya, tiba2 kok sudah jadi makalahnya.
Saya sendiri cuma tertawa melihat kenyataan ini. Semoga setelah ini nantinya generasi guru jaman saya tidak seperti itu. Jaman sekarang guru bukan hanya di tuntut bisa mengajar, tapi juga bisa banyak hal termasuk IT, dan tentunya guru harus bisa menulis. Dan produktif menghasilkan tulisan.
Jangan sampai nantinya cuma copas dan copas. Jika gurunya seperti itu bagaimana muridnya. Buat guruku itu, terimakasih dulu mengajar saya, sekarang perkenankan saya mengajari anda agar bisa jadi lebih baik.
Salam Blogger!
May 24, 2011 at 4:49 pm
turut membaca…
*sambil mikirmikir, “apa sih itu sertipikasi?”
May 17, 2011 at 11:17 am
Bapak saya sudah lulus sertifikasi dari taun 2009 lalu, namun hingga saat ini, ahhh… ada yang aneh dalam program sertifikasi ini! π¦
May 16, 2011 at 8:11 pm
Miris sekali dengan guru guru yang hanya bermodal copas. Bahkan pengerjaan menulis yang seharusnya diajarkan oleh guru pun tidak bisa dilakukannya. lha trus bagaimana dia mengajarkan ilmu kehidupan jika dia sendiri mencurangi kehidupan
May 16, 2011 at 4:48 pm
karena nilai sertifikasi itu besar mas makanya pada pengen mengajukan π
May 16, 2011 at 3:34 pm
wah mbaca ini jadi ngeri di gimana nasib anakku nanti ya
May 16, 2011 at 2:05 pm
menurut saya, guru itu yang penting adalah pengabdiannya… π
May 16, 2011 at 12:55 am
hehe… beliau udah berapa tahun jadi guru? ngajar apa? kok mustahil ya buat proposal aja nggak bisa? kasihan.
May 15, 2011 at 8:29 pm
Itu yang salah personel nya atau pemerintah yang terlalu ambisius dalam mengangkat gengsi para pendidik ini π
Semoga generasi mendatang bisa merubah paradigma guru2 seperti itu.
Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan
May 15, 2011 at 2:59 pm
saya juga sering menjumpai hal2 seperti itu mas,,,,
alasannya ya paling itu, sudah tuwa, repot ngurus rumah tanngga jadi gaptek ga ngerti komputer…
May 15, 2011 at 2:08 pm
hm.. miris juga ya..